17.32

cErPeN mAtInYa SeOrAnG sAhAbAt +_+

Cerita Pendek Abaz

Sahabat, aku tak pernah bermaksud membunuhmu. Maafkan kekhilafanku. Aku tak pernah memperkirakan seperti ini akhirnya. Dalam mimpi pun aku tak akan sanggup membunuhmu. Keegoankulah yang membuatmu mati, meski aku tak pernah menganggapmu mati. Ataukah ini hanya ilusi? Yah, mungkin saja. Beberapa hari ini aku selalu mimpi buruk. Selalu, dalam mimpiku, kau mencaci maki diriku.Sejak saat itu, jalan hidupku berubah. Aku tak pernah merasa sesepi ini. Kemarin, sendiri aku berselancar di Maldivez, padahal sebelumnya tak pernah aku lakukan. Dan kutelusuri beberapa kota di Korea, ke daerah-daerah bersejarah dan tempat-tempat religius. Hanya mataku yang melihat, tapi otakku tak mampu merekamnya. Ingatanku selalu terkenang perjalanan yang pernah kita lalui bersama.Masih ingatkah kau pada malam menjelang pergantian tahun 2002 ke tahun 2003 yang lalu? Saat itu kita terjebak dalam rintik hujan di Selatan Jakarta, dan hanya bisa memandangi ribuan kembang api berwarna-warni memenuhi langit Jakarta dari sebuah kedai kopi. Kau bermenung, dan kubiarkan kau aduk-aduk kopimu sampai dingin. Meski pandanganmu menerawang, mata besarmu tak menunjukkan berjuta tanya yang tak berjawab. Meski bibirmu terkatup rapat, ada senyum kedamaian merona di wajahmu. Ingin kubertanya, ada apa? Tapi aku hanya diam, aku hanya bisa membiarkan apa yang kau lakukan, lakukanlah, asalkan kau suka. Aku berpikir, dari sinilah akar penyebab kematianmu. Dari sini pula aku merasa bahwa kau bukan sekedar sahabatku. Ada getar kehangatan dapat menjadi sahabatmu, dekat denganmu, menemanimu minum kopi. Ah.. seandainya waktu dapat berputar kembali ke masa lalu, aku memilih untuk tidak ikut pergi merayakan tahun baru pada masa itu. Terlalu banyak yang dikorbankan dan pada akhirnya menyebabkan kematianmu.Sekali lagi, aku tak pernah bermaksud membunuhmu.***Sabtu yang cerah, pukul sepuluh pagi. Kumulai hariku dengan berbagai kesibukan yang tak perlu. Hari ini akan sibuk sekali, karena banyak pekerjaan kemarin dan kemarinnya lagi belum kuselesaikan. Begitu setiap hari. Memang kuakui, terlalu sering kumenunda pekerjaan. Untung saja pekerjaanku selalu selesai sesuai target, meskipun aku harus tidur larut malam menyelesaikannya. Hari ini aku harus membeli perlengkapan kantor dan kulakoni dengan senang hati, susana hatiku lagi bagus. Aku punya dua tiket untuk konser musik malam ini dan aku tahu siapa yang akan kuajak menikmati konser tersebut.Pukul tujuh malam aku sudah berdiri di depan pintu rumah sahabatku tercinta. Setelah sedikit berargumen dan akhirnya ia setuju untuk menemaniku malam ini. //Aku tak bisa luruhkan hatimu// dan aku tak bisa menyentuh cintamu//… Sepenggal bait dalam lagu Menanti Sebuah Jawaban yang dinyanyikan oleh Padi tersebut terasa mengena dan menghujam ke dalam benakku. Serasa buah simalakama, tetapi apa mau dikata, aku harus melakukannya malam ini juga. Meski sudah kubulatkan hati, tapi aku tak mampu dan keberanianku terampas oleh keraguan. Dua hari kemudian, baru aku berani menulis pesan singkat lewat perangkat komunikasi yang akhirnya menjadi pilihanku.Sebelumnya aku minta maaf, karena menyampaikan hal penting ini dengan pesan singkat, seharusnya aku bicara langsung berhadapan denganmu. Mungkin engkau masih ingat pembicaraan kita beberapa waktu yang lalu, bahwa aku akan memberikan kejutan. Yah…, semua yang kita bicarakan waktu itu adalah dirimu, tetapi aku takut kehilangan seorang sahabat, aku takut kau tak bisa menerima kelakuanku ini, dan karena kelancanganku yang tidak menganggapmu hanya sekedar sahabat. Aku memang dilahirkan tidak sempurna, dididik dengan tidak sempurna, cara hidupku jauh dari sempurna. Jika kau suka dengan orang yang tidak sempurna ini, datanglah padaku, maka kau dapat membuatnya menjadi sempurna.Setelah tiga hari yang sangat menyiksa, akhirnya pesanku berbalas. Dan aku telah lama tahu, beginilah akhir episode buah kelancangan seorang sahabat. Jawabanmu sangat jelas, “TIDAK!”, meski kau masih mau bersahabat denganku dan kau tetap sahabatku. Aku yang sudah memperkirakannya, toh tetap terpukul. Aku dapat menerima alasanmu, tetapi aku butuh ketenangan untuk beberapa hari, sampai suasana hatiku normal kembali.Entah diriku yang tidak dapat menerima kenyataan atau dirimu yang telah berubah, sampai hari ini persahabatan kita hanya tinggal kenangan. Tidak ada lagi pesan singkat, tidak ada lagi collect call, apa lagi saling kunjungi. Yah.. hanya tinggal kenangan. Aku telah membunuh sebuah persahabatan._________________Watervang 141 – 19.09.05 (00:18)Kupersembahkan kepada sahabat-sahabatku yang merasa kecewa atas semua tindakan yang mengecewakan kalian.

3 komentar:

Agus Setyawan Putra mengatakan...

haloo mita pa kabar oh ya kamu dapat cerpen dari mana dan sapa pengarangnya and kl blh tau di tujukan ke siapa

from : aghostcommunitty

CHIERLS_GIRL_DA1518NU mengatakan...

by....!!!
comment yoch....
awaz lhoe...

achingae mengatakan...

Terima kasih telah mengambil cerita ini dari blog saya di http://achingae.blog.com atau di http://buktikan.com
Kalau ingin membaca cerita ataupun sajak saya silahkan mampir ke blog saya. Lain kali kalau mau mengambil cerita saya, tolong disisipkan backlinknya.
Trims..